Tampilkan postingan dengan label Opini pagi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Opini pagi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 12 November 2022

Harga Sebatang Rokok

 


Sebungkus Bahaya dalam Kemasan Egoisme Yang Bernama Rokok 



Daripada membeli sebungkus rokok yang kamu bakar dan kamu hisap sendiri, mending dibelikan makanan yang bisa bermanfaat untuk lebih banyak orang, misalnya anak istri, dst. 


Sudah jadi rahasia umum, bahwa merokok adalah tindakan sia-sia yang justru merugikan kesehatan. Frase ini sepertinya hanya sebagai omong kosong atau slogan semata karena terlalu sering diungkapan tanpa ada pemahaman, dan tidak diringi kesadaran untuk memahaminya. Tapi yang pasti,  semua setuju bila rokok itu sangat membahayakan. Dilihat dari aspek manapun, terutama dari sisi kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis. 


Dalam hal ini, pendapat kesehatan sangat sejalan dengan Islam (bukan orang islam, terlebih seorang individu yang mengaku islam).


Firman Allah (Alquran surat Al Baqarah 195). Karena merokok dapat menjerumuskan manusia dalam kebinasaan, yaitu merusak seluruh sistem tubuh (menimbulkan penyakit kanker, penyakit pernafasan, penyakit jantung, penyakit pencernaan, berefek buruk bagi janin, dan merusak sistem reproduksi), dari alasan ini sangat jelas rokok terlarang atau haram. titik. 


Disisi lain, bersilat lidah dengan perokok, misalnya menyampaikan kerugian dan keburukan merokok seolah hanya buang buang waktu dan energi.

Kenapa? 


Jawabanya bisa sangat panjang. Misalnya :


Meskipun merokok sudah dikenal sebagai faktor utama penyebab berbagai penyakit degeneratif karena berbagai kandungannya yang berbahaya. Namun, ada satu efek dahsyat bahwa rokok juga dapat mempengaruhi kondisi psikologis seseorang.

Efek psikologis ini jelas akan berpengaruh pada mental. Efeknya dapat bervariasi dan tidak semua orang mengalami, terlebih menyadarinya. Beberapa perokok 

 mungkin sebenarnya menyadari perubahan emosi sebagai efek dari merokok, tetapi biasanya ia memilih untuk membiarkannya..


Bagaimana merokok bisa memengaruhi mental seseorang?

Nikotin jelas memengaruhi kinerja otak sehingga memicu ketergantungan, yang pada akhirnya mengubah cara berpikir dan perilaku Seseorang. Efek tersebut dapat bersifat permanen karena nikotin sangat mudah terakumulasi pada otak. Nikotin dapat diserap oleh mukosa mulut saat merokok, dan mencapai otak hanya dalam waktu 10 detik setelah diisap. Semakin banyak nikotin, semakin kuat efek ketergantungan dan perubahan psikologis yang dialami seseorang.


Ketergantungan pada seorang perokok juga melibatkan mekanisme lainnya yang memicu ketidakseimbangan fungsi otak. Nikotin membuat seseorang ketergantungan dengan cara memicu peningkatan hormon dopamin pada otak. Peningkatan dopamin berlebih pada perokok juga disertai dengan penurunan enzim monoamineoxidase yang berperan dalam menurunkan kadar dopamin. Tanpa enzim tersebut, kadar dopamin akan lebih sulit terkendali sehingga menyebabkan ketergantungan.


Ketergantungan akibat merokok juga memicu perubahan perilaku

Sebagian besar perokok merasakan efek peningkatan dopamin berlebih sebagai rasa ketenangan, bahagia, atau kesenangan saat merokok. Hal ini menyebabkan seseorang menjadi kesulitan menenangkan pikirannya sendiri jika tidak mengisap rokok. Jika hal itu terjadi, maka perokok akan mencari dan menggunakan rokok tanpa henti.


Tanpa disadari, perokok juga menjadi lebih agresif dan mudah marah saat harus menahan keinginannya untuk merokok. Hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap kehidupan sosial perokok yang justru membuat stress, dan memicu perubahan perilaku yang lebih parah.


Dengan kata lain,  seorang perokok tidak akan bisa mengontrol emosi nya sendiri untuk bisa meraih rasa tenang tanpa bantuan rokok. 


Benarkah merokok membuat lebih tenang?

“Merokok membuat saya lebih tenang” hanyalah anggapan yang dipercaya seorang perokok, dan pada akhirnya menimbulkan sugesti. Efek ketergantungan dan peningkatan hormone dopamin mungkin membuat seseorang lebih tenang dalam waktu sesaat, namun sesudah merokok atau berhenti merokok dalam waktu beberapa jam, ini dapat memicu stress akibat keinginan untuk merokok. Pada dasarnya, rasa stress dan kecemasan saat ingin merokok tidak sebanding dengan rasa ‘tenang’ saat menghisap rokok.


Merokok sendiri juga termasuk strategi pereda stress yang buruk karena tidak mendorong seseorang menghadapi masalah dalam kehidupannya. Banyak perokok yang menyadari bahwa dirinya memiliki masalah keuangan, namun tetap membeli rokok hanya karena ingin menghindari masalah yang dihadapinya. Pada akhirny,a perokok hanya akan tetap mengalami stress dengan terus merokok. Sebaliknya, suatu studi menunjukkan bahwa individu yang berhenti merokok setelah enam minggu berturut-turut, mengalami peningkatan kualitas kehidupan dan lebih merasa bahagia dibandingkan individu yang tetap merokok.


Gejala depresi jugs dering terjadi pada perokok.

Depresi termasuk penyakit mental yang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti genetik, lingkungan sosial, dan kesehatan. Pada orang-orang yang memang sudah menderita depresi, merokok hanya akan membuat seseorang mengalami gejala depresi yang lebih serius.


Meskipun tidak diketahui mana yang mendahului antara depresi dan perilaku merokok, namun individu yang merokok kemungkinan mengalami depresi. Suatu penelitian menunjukkan sekitar 30% perokok dewasa mengalami depresi, proporsi ini jauh lebih tinggi dibandingkan pada populasi pada umumnya yang hanya terdapat 20% indvidu dewasa mengalami depresi. Kejadian depresi juga lebih mungkin dialami oleh perokok perempuan dan pada kelompok usia yang lebih muda. Sebagian besar perokok yang menyadari bahwa ia mengalami depresi juga hanya membiarkan kondisi yang dialaminya.


Merokok membuat seseorang merasa depresi lewat beberapa cara, di antaranya:


1. Mood swing

Karena ketergantungan dan merasa lebih tenang saat merokok, mood seseorang menjadi lebih baik namun kemudian berubah secara drastis dengan cepat setelah berhenti merokok. Hal ini dapat membuat seseorang lebih merasa depresi.


2. Perubahan hormon dopamine

Peningkatan hormon dopamin secara tidak terkendali juga dapat membuat otak tidak merespon hormon tersebut sebaik dulunya. Akibatnya, seorang perokok cenderung tidak merasa bahagia, namun akan tetap merokok hanya karena efek ketergantungan.


Apa yang dapat dilakukan?

Menghindari merokok dan melakukan upaya berhenti merokok secepat mungkin adalah salah satu cara menghindari dampak psikologis yang lebih parah. Mengurangi jumlah rokok, mengalihkan perhatian saat merasa cemas, dan mencari bantuan professional yang tepat jika Anda mengalami depresi, adalah salah satu cara melawan efek ketergantungan.

Seorang perokok yang ingin berhenti merokok memang membutuhkan niat yang kuat disertai usaha yang serius. Sebagai alternatif  kamu bisa mencari bantuan psikolog atau psikiater untuk melakukan konseling kesehatan mental.




Kopi Panas

Saatnya Indonesia Mendunia

Perjuangan timnas Indinesia di babak ketiga kuslifikasi Piala Dunia 2026 telah dimulai. Rombongan pertama sudah tiba di Arab Saudi pada hari...